Sikap Muslim Menghadapi Virus Corona

Beberapa bulan terakhir kondisi dunia sangat mengkhawatirkan. Dengan munculnya suatu virus yang menyerang manusia yang ada disekitarnya. Virus memulai pergerakannya dari satu daerah, negara, antar negara, dan sekarang hampir seluruh dunia terserang wabah ini. Tidak jarang ada orang yang meninggal karena terpapar virus ini. Pergerakannya sangat cepat, dalam beberapa waktu saja bisa menyebar sampai antar negara, bahkan dunia. Virus ini adalah 2019 novel corona .

Hal ini tentu bukan terjadi dengan sendirinya, dan  bukan  tiba-tiba. Sesungguhnya semua ini sudah dituliskan ketetapannya oleh Allah subhaanahu wata’aala:

قُل لَّن یُصِیبَنَاۤ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَاهُوَمَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡیَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. At-Taubah ayat 51)

إِنَّ ٱللَّهَ یَفۡعَلُ مَا یَشَاۤءُ

Artinya: “Sesungguhnya, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki”. (QS. Al-Hajj ayat 18)


Bagaimanakah sikap kita hendaknya sebagai seorang muslim menyikapi virus atau wabah ini? Sesungguhnya perkara ini sudah ada sebelumnya di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم أنها أخبرتنا أنها سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الطاعون فأخبرها نبي الله صلى الله عليه وسلم أنه كان عذابا يبعثه الله على من يشاء فجعله الله رحمة للمؤمنين فليس من عبد يقع الطاعون فيمكث في بلده صابرا يعلم أنه لن يصيبه إلا ما كتب الله له إلا كان له مثل أجر الشهيد

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia mengabarkan kepada kami bahwa ia bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha‘un, lalu Rasulullah SAW memberitahukannya, "Zaman dulu tha’un adalah siksa yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Tiada seorang hamba yang sedang tertimpa tha’un, kemudian menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid’’(HR Bukhari).

Tha’un atau wabah bisa menjadi suatu hukuman atau bahkan menjadi rahmat. Menjadi hukuman atau ancaman bagi mereka yang kafir dan mengingkari Allah, dan menjadi rahmat bagi mereka yang bersabar dan yakin akan ketetapan Allah, menghapus dosa dan mengangkat derajat mereka.

قال أسامةُ بنُ زيدٍ: قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم:  الطَّاعونُ رِجْزٌ أُرسِل على بني إسرائيلَ أو على مَن قبْلَكم فإذا سمِعْتُم بهبأرضٍ فلا تقدَموا عليه وإذا وقَع بأرضٍ وأنتم بها فلا تخرُجوا فرارًا منه

Berkata Usamah Bin Zaid, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tha’un adalah siksa yang dikirimkan kepada Bani Israil atau kepada orang-orang sebelum kalian. Apabila kalian mendengar ada (tha’un) di suatu daerah, maka jangan mendatanginya. Dan apabila tha’un itu ada di suatu daerah dan kalian ada didalamnya, maka janganlah kalian lari dari-nya”.

Dari awal kita telah membicarakan tentang tha’un, wabah, dan virus. Apakah tha’un itu sama dengan wabah, atau justru ada perbedaan antara keduanya? Dan virus corona ini apakah masuk kepada klasifikasi tha’un atau wabah(waba’)?

Terjadi perbedaan diantara para ulama terkait permasalahan ini. Sebagian ulama menyamakan pengertian kata tha’un dan wabah. Kedua kata ini merujuk pada penyakit mematikan (berbahaya), menular, menyerang, serta memakan banyak korban jiwa.

Tapi ada beberapa ulama yang tidak sependapat dengan pendapat di atas, seperti Imam An-Nawawi dan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani. Imam An-Nawawi menyatakan bahwa kata Tha’un lebih khusus daripada kata wabah. Tha’un adalah luka bernanah yang muncul pada siku, tangan, jari, atau sekujur tubuh. Luka yang muncul disertai rasa panas, biasanya terjadi perubahan warna seperti hitam, merah, atau keunguan disekitar area luka. Gejala lainnya adalah peningkatan detak jantung dan muntah.

Adapun wabah atau waba’ (dalam bahasa arab) mengandung pengertian lebih umum dan lebih luas. Waba’  adalah penyakit tha’un itu sendiri, atau jenis penyakit lain yang dapat menyebar luas dengan cepat. Jenis penyakit waba’ dapat berbeda-beda, bisa jadi jenis penyakit yang belum terjadi sebelumnya, seperti 2019 corona virus ini.

Dapat disimpulkan berdasarkan perkataan ulama (yang membedakan antara tha’un dan waba’) bahwasannya setiap tha’un adalah waba’. Karena pada dasarnya tha’un yang terjadi dulu berbeda-beda.

Sebenarnya perbedaan ini tergantung kepada perbedaan bidang yang digeluti oleh masing-masing ulama. Ulama bahasa misalnya, memiliki pengertian sendiri terhadap kata tha’un dan waba’, begitu juga dengan ulama fikih, kedokteran, dan ulama-ulama lainnya.

Menurut Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Tha’un adalah bengkak atau memar yang muncul karena kenaikan atau tekanan darah pada anggota tubuh yang bengkak sehingga membuat bagian tersebut rusak. Adapun yang mengatakan penyebutan tha’un sama denga waba’ karena dilihat dari segi penyebarannya yang cepat dan jumlah korbannya.

Apakah cara menyikapi virus corona sama dengan menyikapi wabah tha’un?

Virus corona yang muncul baru-baru ini dapat disikapi dengan sikap yang sama dalam menghadapi tha’un. Karena virus corona adalah jenis wabah yang berbahaya, yang cepat menular, dan tak jarang ada yang meninggal karenanya, begitu pula dengan tha’un.

Lalu, bagaimanakah sikap seorang muslim hendaknya dalam menghadapi perkara ini?

1. Meyakini dengan sepenuh hati bahwasanya ujian (virus corona) ini adalah kehendak Allah subhaanahu wata’aala. Maka berusahalah untuk sabar dalam menghadapi ini semua.

Sebagaimana yang telah dikatakan di awal tadi, bahwasanya segala yang terjadi baik di langit atau di bumi telah Allah tuliskan ketetapannya jauh sebelum penciptaan manusia.


مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَاۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS.Al-Hadid ayat 22)

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَاتَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْۗ وَاللَّهُ لَايُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS.Al-Hadid ayat 23).

Kenapa Allah menyuruh kita untuk yakin dan sabar akan ketetapannya? Karena virus atau wabah yang Allah kirimkan ini bisa menjadi siksa atau rahmat bagi makhluknya. Bagi orang-orang kafir dan ahli maksiat, ujian ini menjadi siksa bagi mereka, adapun rahmat bagi hamba Allah yang beriman serta sabar akan ketetapan Allah, dan Allah akan memberikannya derajat yang tinggi.

2. Islam mengajarkan kita agar kembali kepada panduan-panduan agama (ketika mengahadapi suatu persoalan), sesuai dengan persoalan masing-masing. Contohnya perkara virus corona ini.

Dalam perkara ini, adanya dalil tentang pelarangan mendatangi lokasi yang pada dasarnya terkena wabah, dan juga pelarangan untuk keluar dari tempat yang terkpapar virus atau wabah.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :

عن عبد الرحمن بن عوف رضي الله عنه قال: قال رسول الله صل الله عليه وسلم: إذا سمعتم به بأرضٍ فلا تقدموا عليه،. وإذا وقع بأرضٍ وأنتم بها فلا تخرجوا فرارا فمنه

“Apabila kalian mendengar ada (tha’un) di suatu daerah, maka jangan mendatanginya. Dan apabila tha'un itu ada di suatu daerah dan kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian lari darinya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada suatu ketika 'Umar bin Khattab pergi ke Syam. Setelah sampai di Saragh, pimpinan tentaranya di Syam datang menyambutnya. Antara lain terdapat Abu 'Ubaidah bin Jarrah dan para sahabat yang lain. Mereka mengabarkan kepada 'Umar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Umar kemudian bermusyawarah dengan para tokoh Muhajirin, Anshor dan pemimpin Quraish.

Lalu 'Umar menyerukan kepada rombongannya, "Besok pagi-pagi aku akan kembali pulang. Karena itu bersiap-siaplah kalian!" Abu 'Ubaidah bin Jarrah bertanya, "Apakah kita hendak lari dari takdir Allah?" Jawab 'Umar, "Mengapa kamu bertanya demikian hai Abu 'Ubaidah?" Agaknya 'Umar tidak mau berdebat dengannya. Dia menjawab, “Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah."

Bagaimana pendapatmu, seandainya engkau mempunyai seekor unta, lalu engkau turun ke lembah yang mempunyai dua sisi. Yang satu subur dan yang lain tandus. Bukankah jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur, engkau menggembala dengan takdir Allah juga, dan jika engkau menggembala di tempat tandus engkaupun menggembala dengan takdir Allah?". Tiba-tiba  datang 'Abdurrahman bin 'Auf yang sejak tadi belum hadir karena suatu urusan. Lalu dia berkata, "Aku mengerti masalah ini. Aku mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, ”Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu terrjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri." Ibnu 'Abbas berkata, "Umar bin Khaththab lalu mengucapkan puji syukur kepada Allah, setelah itu dia pergi". (HR Bukhari dan  Muslim).

Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan  bahwa adanya larangan mendatangi tempat yang terpapar virus (penyakit) itu dikhawatirkan akan menularkan virus kepada siapapun yang mendatangi tempat tersebut. Dan larangan untuk keluar dari tempat yang terpapar virus atau wabah itu agar yang lain tidak terjangkit virus itu.

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ

Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Janganlah  yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Kalau melihat kondisi sekarang (kondisi di mana di beberapa daerah sudah diwajibkan karantina diri di rumah masing-masing dalam kurun waktu yang ditentukan guna mencegah penularan virus corona yang begitu cepat), beberapa dari masyarakat masih ada yang harus keluar rumah untuk bekerja, untuk itu disarankan agar tetap menjaga kebersihan baik ketika bekerja atau ketika telah pulang bekerja, serta memakai perlengkapan yang bisa mencegah penyebaran virus tersebut. Ini salah satu bentuk ikhtiar kita.

Yakinlah wahai orang-orang yang beriman, bahwa di kala kita mengikuti panduan dan syariat Allah, serta melakukan apa yang diperintahkan agar terhindar dari wabah ini, insya Allah kita akan dijaga oleh Allah.

3. Berobat

a. Pengobatan Syar'i.

Kita sebagai seorang muslim yang beriman tentunya, di kala sehat diperintahkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak doa, zikir, shalat, sedekah, dan meminta tobat kepada Allah subhaanahu wata’aala. Apalagi ketika Allah menguji kita dengan suatu penyakit, salah-satunya terkena virus corona ini. Jika kita dekat dengan Allah, apapun ketetapan Allah kita akan lapang menerimanya.

لا يكلف الله نفسا إلا وسعها

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (QS Al-Baqarah ayat 286)

إن الدعاء ينفع مما نزل و مما لم ينزل، فعليكم عباد الله بالدعاء

“Sesungguhnya doa akan bermanfaat terhadap apa yang sudah ditetapkan dan apa yang belum ditetapkan, maka hendaklah kalian memperbanyak doa”. ( HR Tirmizi ).

• Biasakanlah diri untuk membaca doa ketika hendak keluar rumah.

بسم الله توكّلت على الله لا حول ولا قوة إلا بالله

“Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya kekuatan melainkan dengan Allah”.

• Perbanyaklah Shalat.

Diriwayatkan dari Imam Ahmad dan Abu Daud bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, jika dihadapkan dengan suatu masalah, pasti beliau langsung melaksanakan shalat.

• Memperbanyak Amal Sholeh.

Sesungguhnya perbuatan kebaikan dan ketakwaan kepada Allah akan menjauhkan dari segala masalah berat.

• Memperbanyak Sedekah

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya sedekah itu akan meredam murka Allah, dan juga dapat menghindari dari mati yang buruk”

b. Berobat ke Dokter

Jika diperlukan, maka berobatlah ke dokter, agar kita bisa mengetahui, tindakan apa yang harus kita lakukan jika terjangkit virus atau tidak sesuai dengan prosedur medis.

Waallahu a’lam.


________________
*Ditulis oleh: Mahasiswi, Jurusan Ushuluddin, Fakultas Dirasat Islamiyah wal 'Arabiyah, Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir.


Share To:

FS Almakki

Post A Comment:

0 comments so far,add yours