Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Sastra

Cinta yang Tak Biasa

Waktu baca : 8 menit   Setoran Qur'an pada Syekh Ali Irham di Mirotsul Habib    Sejak pertama kali memasuki penjara suci tanpa besi ini, aku memutuskan untuk jatuh cinta. Tapi ternyata, jatuh cinta tak semudah yang dibayangkan. Ia bukan sekadar perasaan yang datang tiba-tiba, bukan sekadar bunga-bunga yang mekar dalam hati. Ia butuh perjuangan, keteguhan, dan kesiapan untuk bertahan dalam setiap ujian.    Berulang kali aku mencoba memantapkan hati, namun keraguan selalu datang mengetuk. Banyak keresahan muncul saat memulai perjalanan ini. Akal selalu menghadirkan sejuta alasan untuk menyerah, tetapi hati diam-diam menyimpan pegangan kata-kata yang menguatkan dan keyakinan yang menenangkan. Jangan pernah mengaku cinta jika masih penuh alasan dan keluhan. Cinta sejati bukan sekadar diucapkan, tapi diperjuangkan. Dan cinta kali ini, bukan cinta biasa. Ini adalah cinta yang lebih berharga, cinta yang lebih mulia yaitu jatuh cinta kepada Kalam Ilahi. Ia bukan sekada...

Jangan Jadi Mesin, Jadilah Pemimpin!

By : @galau_abiez   Kita hidup di zaman yang menganggap sekolah sebagai satu-satunya jalan menuju kesuksesan. Sejak kecil, kita dijejali pelajaran, dipaksa menghafal teori, dan disuguhkan rumus-rumus yang entah kapan akan berguna. Namun, siapa yang mengajari kita cara menghadapi kehidupan yang sebenarnya? Setelah belasan tahun belajar, banyak yang justru kebingungan. Mau ke mana? Mau jadi apa? Yang terjadi, kita hanya sibuk melamar pekerjaan, berusaha masuk ke dalam sistem yang sudah pakem, tanpa menyadari bahwa kita tidak diciptakan sekadar untuk menjadi bagian dari sistem, tetapi untuk menciptakan perubahan. Padahal, Allah telah menetapkan peran kita dengan jelas: وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’” (QS. Al-Baqarah: 30) Khalifah! Bukan buruh, bukan alat, bukan sekadar roda kecil dalam mesin besar. Kita diciptakan sebagai pemimpin, sebag...

Maidaturrahman; Hidangan Tuhan Yang Tak Pernah Usai

Oleh : Hikmal Alif Kota Kairo, Mesir saat menjelang maghrib. “Standar moral Mesir dan Indonesia itu berbeda. Kebaikan bagi orang Indonesia adalah kesopanan, sementara bagi orang Mesir adalah keyakinan.” -Benny Arnas  Gedung-gedung di kanan-kiri jalan, menyerupai kubu beton tanpa cat, bentuk gedung yang tak seimbang serta jauh dari kata simetris, rerumputan yang tumbuh di sela rumah dan bangunan, seperti ingin menyesuaikan lingkungan yang monokrom, meranggas cokelat dan berselimut debu.  Lentera-lentera yang bergantungan di depan rumah yang terbuat dari logam dan kaca berwarna, memiliki berbagai bentuk dan ukuran. Warga Mesir berbondong-bondong meminangnya. Fanous siap menerangi malam-malam Ramadan di Mesir. Tradisi dari Dinasti Fatimiyah itu masih eksis sampai sekarang. Tak ingin kalah menyambut bulan suci Ramadan, Zinah bewarna-warni ikut memeriahkan, memanjang di antara rumah-rumah warga. Mikrobus, mikrolet, ootobus; murottal Al-Qur’an berirama!! Di sore hari bulan muda n...

MENYERAHLAH dan BACA SAJA

Cipt, F.A.A NAVIS Kadang aku malu dengan seluruh bekas lukaku mereka seperti bersorak “ HANYA UNTUK INI KAH KAMI DI SINI?!“ “ SERIUS HANYA SAMPAI SINI?!” “ BEGINI SAJA?!, SAMPAH SEKALI” Luka-luka itu menyorakiku seperti penonton yang meminta uang kembali, Seakan tak pantas aku mendapatkan uang tiket mereka, Tapi mereka benar, Waktu yang mereka korbankan untuk muncul di seluruh tubuhku, Yang dulu aku rutuki segala kehadiran mereka, Terasa begitu mahal jika hanya untuk sampai sini Aku harus melangkah lebih jauh lagi Bekas bekas luka ini berhak mendapatkan aku yang lebih baik Tapi bagaimanalah ini? Kini aku takut untuk terluka lagi Di bawah sinar lampu baru,2024

Galodo (12 Mei 2024)

GALODO Oleh: Dja Musa Aku : Dinda, aku rindu ramah sapamu. Dinda : (Diam, tidak ada jawaban). Aku : Dinda, aku rindu mata kucing itu. Dinda : (Mendecis kesal). Aku : Engkau lebih cantik dari noni-noni Belanda tahun 1918. Dinda : Benarkah? Aku : Tentu! Bahkan HAMKA ikut goreskan namamu pada dinding Kapal Vander Wick. Dinda : Bukankah kapal itu tenggelam? Aku : Hm...Iya, maksudku bukan... Dinda : Cukup! Biarkan aku menyelesaikan marah. Aku : Tapi laharmu terlalu dingin! Berapa hati lagi yang akan engkau sakiti? Dinda : Diam! Aku hanya mengikuti sunnatullah! Aku : Bisakah engkau hentikan ini sekarang? Dinda : Jika memang cinta, nikmati juga marahku! Aku : Tapi! Dinda : Apa?! Mau jawab apa lagi?! Aku : Enggak apa-apa. Cepatlah membaik, Dinda.

Jadi yang Terbaik (Puisi)

Jadi yang Terbaik Oleh : Awan   Amal tak cukup diacungkan tuk menggapai rahmat-Nya Sholat yang tak seberapa tak cukup membayar surga-Nya Puasa yang tak seberapa tak cukup menahan panasnya neraka Zakat yang tak seberapa terlalu sedikit Tuk layak meminum air telaga rasul-Nya   Sholawat terus disenandungkan dengan penuh harap Harapan agar sang nabi sudi memandangku Di bawah terik hari perhitungan Matahari pada hari itu berada sejengkal di atas kepala Yang tidak beruntung akan tenggelam di lautan keringat dosa   Kehadiranku di hadapan majelis para ulama dipenuhi semampu diri Agar dipandang juga wajah sang pendosa ini Wajah penuh harap tuk mendapat doa Yang mengiringiku ke dalam nikmat surga Usaha menjadi anak terbaik bagi orang tua Mudah-mudahan menjadi wasilah menggapai ridho-Nya   Usaha menjadi anggota saudara yang terbaik Mudah-mudahan diri ini dapat diingat di hari nanti Tatkala mereka bersenda gurau di surga Mengin...

Candu Sang Perindu (Puisi)

CANDU SANG PERINDU (Oleh: Irawan)   Bukan sebatas rekaan goresan bekas Tarian tangan pada secarik kertas Menari-nari ditemani cahaya keemasan Lilin menyala membatasi kegelapan Pahlawan yang merubah peradaban Mengusir jahatnya malam bagai rembulan Izinkan aku menulisnya pada bait-bait ini Pujian sederhana untukmu wahai Habibi   Dikaulah sebaik ciptaan Ilahi Indahnya akhlakmu bak menyihir sanubari Tak ubahnya bagai permata di atas permadani Bahkan saat wajahmu berlumuran darah Tatkala ingin menebar risalah Engkau tetap berdoa bagi mereka hidayah Ingatkah dirimu saat malaikat begitu geram Hingga ingin membuat gunung jatuh karam Namun darimu terucap kalam Akan lahirnya di tanah ini pembela islam     Perhatikanlah wahai Baginda Tanganku  lepas dari rantainya Tidak mau berhenti memujimu Takjubku kini menjadi candu Semakin dilarang semakin menjadi Walau tak nampak oleh mata lagi Sabdamu selalu mengisi relung h...

Matahari di Tengah Hujan (Puisi)

MATAHARI DI TENGAH HUJAN (Oleh: Rasya)   Engkau bukanlah kedatangan yang disengaja Dedaunan yang gugur pada dahannya Menyiratkan kebetulan bernama takdir yang disamarkan Disembunyikan dari fajar hingga bertemu senja Menuliskan cerita dikala bulan mulai meninggi Kita saling menatap pelan dan lekat pada langit yang sama Bertanya seperti apa gerangan wajah bianglala   Dari seberang, aku seolah-olah berdiri mendukungmu Mengulurkan tangan melewati batas waktu Seraya berkata baik-baik di sana, jauhi gurun dan dekati lautan Membuang ke putus asa an dan merajut sejuta harapan Tak berpeluh dan memudar menapaki perjuangan Seperti seorang anak kecil yang menatap rembulan Matanya yang berkaca-kaca tidak karuan   Jangan terlalu keras kepada dirimu Kita bisa menjadi tempat beristirahat satu sama lain Bercerita tentang dunia buku di kepalamu Sambil menatap cakrawala tanpa batas Tak lapuk di hujan, tak lekang di waktu Aku yakin tekadmu tida...