Mei 2024
GALODO

Oleh: Dja Musa



Aku: Dinda, aku rindu ramah sapamu.

Dinda: (Diam, tidak ada jawaban).

Aku: Dinda, aku rindu mata kucing itu.

Dinda: (Mendecis kesal).

Aku: Engkau lebih cantik
dari noni-noni Belanda tahun 1918.

Dinda: Benarkah?

Aku: Tentu! Bahkan HAMKA ikut
goreskan namamu pada dinding Kapal Vander Wick.

Dinda: Bukankah kapal itu tenggelam?

Aku: Hm...Iya, maksudku bukan...

Dinda: Cukup! Biarkan aku menyelesaikan marah.

Aku: Tapi laharmu terlalu dingin! Berapa hati lagi yang akan engkau sakiti?

Dinda: Diam! Aku hanya mengikuti sunnatullah!

Aku: Bisakah engkau hentikan ini sekarang?

Dinda: Jika memang cinta, nikmati juga marahku!

Aku: Tapi!

Dinda: Apa?! Mau jawab apa lagi?!

Aku: Enggak apa-apa. Cepatlah membaik, Dinda.


Semakin dekat waktu ujian, secara spontan memacu ketaatan para mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo. Berbagai usaha dilakukan untuk menghadapi santapan tiap penghujung semester ini; mulai dari membaca diktat kuliah dari kulit ke kulit, membuat ringkasan materi, mengikuti bimbel baik gratis maupun  berbayar, hingga tak lupa ziarah ke makam aulia’ wa assholihin.

Berbicara tentang ziarah, tentu ini merupakan hal yang cukup menarik. Kenapa tidak?  Kegiatan ini seolah menjadi agenda rutinan bagi kalangan mahasiswa Universitas Al-Azhar, terlebih lagi menjelang ujian akhir.

Namun, di sini penulis tidak akan membahas sisi hukum tentang ziarah (yang tentu saja diperbolehkan) ataupun hal-hal yang dapat memicu kontroversi terkait ziarah ini. Hanya saja, berikutlah beberapa fakta unik tentang ziarah aulia’ wa assholihin di Mesir

1. Antusiasme Ziarah yang Cukup Tinggi

Mesir dengan segala historisnya, menjadikan negeri ini dipenuhi dengan puluhan bahkan ratusan makam aulia wa assholihin. Diantaranya makam sahabat Nabi Muhammad , Uqbah bin Amir, juga ulama terkemuka lainnya seperti Imam Syafi’i, Imam Assuyuthi, Imam Waqi’, Syekh Al-Azhar di kawasan Mujawirin, bahkan makam Nabi pun juga terdapat di Mesir seperti makam Nabi Daniel di Alexandria. Hal ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri dalam menghidupkan animo berziarah baik untuk penduduk setempat apalagi bagi para penuntut ilmu dan wisatawan dari berbagi penjuru dunia.

2. Tren Rihlah Ruhaniyah

Hal ini tentunya acapkali kita dapati, mulai dari rihlah ruhaniyah kawasan kota Kairo, sekitaran pesisir Alexandria bahkan ke daerah Thonto, juga tak sedikit yang rela menempuh perjalanan belasan jam menggunakan bus menuju daerah Humaitsara, tempat dimakamkannya pendiri Tarekat Syadziliyah, Imam Abul Hasan Ali Asy Syadzili. Tentunya ini patut kita apresiasi bersama dan terus kita lestarikan dengan harapan keberkahan akan terus mengalir kepada kita semua.

3. Kebiasaan Mahasiswa Menjelang Ujian

Tentu tak ada seorang pun yang ingin menampik ‘Adah hasanah ini. Kegiatan yang terus digaungkan setiap tahunnya oleh kekeluargaan, almamater bahkan personal mahasiswa di Mesir. Tak hanya ingin mencari keberkahan dan sunnah ziarah aulia wa assholihin, tujuan lain dari napak tilas ini adalah mengenal ulama-ulama secara lebih dalam lagi melalui biografi beliau dan tentunya sebagai motivasi agar bisa mengikuti jejak ulama kita terdahulu. Semoga kebiasaan baik seperti ini dapat terus kita gencarkan dan hendaknya jangan hanya menjadi tren semata yang luput dari nilai-nilai spiritual yang ingin dituju bersama.

Semoga dengan seluruh wasilah yang kita ikhtiarkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita kemudahan dalam menghadapi ujian nantinya, Aamin Ya Rabbal Alamin.

Penulis : Ahmad Arif

Editor: Tenra Amin