![]() |
Suasana tarawih malam 29 Ramadan di masjid Al Azhar. |
Bulan Ramadan yang setidaknya saat artikel ini ditulis sudah memasuki hitungan ke-29, meninggalkan isyarat jejak spiritual yang mendalam bagi kita semua. Bulan suci ini bukan sekadar waktu untuk menahan lapar dan haus, tetapi juga kesempatan untuk introspeksi diri, memperkuat keimanan, dan melihat dampaknya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi. Saat gema takbir menggema menyambut 1 Syawal, kita dihadapkan pada pertanyaan penting: Apakah Ramadan hanya ritual tahunan, atau benar-benar membentuk kita menjadi lebih baik?
Kesan Hangat, Dinamis, dan Penuh Makna
Tahun ini, Ramadan menghadirkan nuansa heterogen. Masjid dipenuhi jamaah, iftar bersama menjadi ajang silaturahmi yang meriah, dan media sosial dipenuhi dengan refleksi spiritual yang menginspirasi. Di tengah tantangan ekonomi global, semangat berbagi justru semakin kuat. Ambil contoh, berdatangan pribadi atau komunitas yang secara sukarela turun ke jalan atau menyediakan tempat gratis bagi siapa saja yang ingin buka bersama dan sahur.
Di era digital, Ramadan juga semakin interaktif. Kajian online dan siniar Islami mengalami lonjakan peminat. Referensi tontonan di kanal Youtube Login, kajian para ustad, dan semangat berbagi menghiasi For Your Page menggantikan tren yang sarat kehampaan manfaat, bahkan informasi masif tentang pembagian takjil dan buka bersama gratis tak luput menumpuk notifikasi WhatsApp.
Dampak Ekonomi, Peningkatan Pembelian yang Signifikan
Selain berdampak pada sisi spiritual, Ramadan juga memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut jurnal Dr. Zobraj Hosen mengungkap bahwa selama Ramadan, terjadi peningkatan daya beli yang signifikan di kalangan umat Muslim. Berdasarkan eksperimen lapangan alami dengan 1837 pengamatan dan 267 responden Muslim serta non-Muslim di Markas Besar Kepolisian Bangladesh, ditemukan bahwa:
1. Konsumsi meningkat sebesar 40,6% selama Ramadan
2. Peningkatan lebih lanjut mencapai 76,3% menjelang Idul Fitri
Data ini menunjukkan bahwa Ramadan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi melalui lonjakan permintaan barang dan jasa, terutama di sektor ritel, kuliner, fashion, dan industri barang konsumsi. Hal ini mencerminkan bagaimana Ramadan tidak hanya menjadi bulan ibadah, tetapi juga momentum penting bagi pergerakan ekonomi, terutama UMKM.
Belum lagi membahas berkah Ramadan yang dirasakan penjual takjil di bulan Ramadan. Mereka tidak hanya dikerumuni Muslim yang ingin membeli menu ringan seperti: gorengan dan es buah untuk berbuka puasa, tapi saudara berbeda keyakinan juga ikut antusias, viral dengan istilah War Takjil.
Jangan Biarkan Ramadan Berlalu Begitu Saja
Setelah sebulan penuh membiasakan diri beribadah dan berdisiplin, tantangan terbesar adalah mempertahankan kebiasaan baik ini. Ramadan mengajarkan kita banyak hal:
1. Disiplin dan Konsistensi, jika kita bisa bangun sahur tepat waktu selama sebulan, mengapa tidak menerapkan tren positif ini dalam kehidupan sehari-hari?
2. Koneksi dengan Al-Qur’an, serasa berdosa sekali jikalau tidak pernah menamatkan bacaan Al-Qur’an 30 juz di bulan Ramadan. Tetapi, yakinkan kita bisa mempertahankan bacaan Al-Qur’an untuk 11 bulan berikutnya?
3. Menjaga Lisan dan Hati, menahan emosi dan menghindari gosip. Ini seharusnya menjadi standar baru dalam kehidupan sosial kita.
Semangat Berbagi, umat Muslim berlomba-lomba memberikan pemberian terbaik terutama makanan iftar orang yang berpuasa sekecil apapun bentuknya. Semangat ini selaras dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayat Sayyidah ‘Aisyah RA.
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sedikit.” (HR. Bukhari & Muslim)
Syawal Bulan Kemenangan dan Persiapan
Terakhir
Ketika takbir berkumandang, mari kita jadikan 1 Syawal awal perjalanan menghadapi berbagai obstacle 11 bulan ke depan, bukan malah berhenti dan menganggap telah sampai garis finish.
Kita tidak ingin seperti seseorang yang membangun istana megah selama sebulan, lalu menghancurkannya dalam sehari. Ramadan telah melatih kita; sekarang waktunya kita menerapkan pelajaran itu dalam kehidupan nyata. Ramadan adalah contoh nyata bulan yang penuh riak berkah yang tak ada ujung dan menggema selamanya.
Saya mengingatkan untuk mengisi bulan Syawal secara khusus dengan ibadah sunnah, seperti puasa enam hari Bulan Syawal untuk memperkuat kebiasaan baik seperti Ramadan. Taqabbalallahu minna wa minkum, kullu ‘am wa ihna fi ri’ayatihillahi Ta’ala.
Penulis: Y.S. Tenra Septu Amin
Editor: Dahri Gunawan Oloan
Komentar
Posting Komentar