GALODO
Oleh: Dja Musa
Aku: Dinda, aku rindu ramah sapamu.
Dinda: (Diam, tidak ada jawaban).
Aku: Dinda, aku rindu mata kucing itu.
Dinda: (Mendecis kesal).
Aku: Engkau lebih cantik
dari noni-noni Belanda tahun 1918.
Dinda: Benarkah?
Aku: Tentu! Bahkan HAMKA ikut
goreskan namamu pada dinding Kapal Vander Wick.
Dinda: Bukankah kapal itu tenggelam?
Aku: Hm...Iya, maksudku bukan...
Dinda: Cukup! Biarkan aku menyelesaikan marah.
Aku: Tapi laharmu terlalu dingin! Berapa hati lagi yang akan engkau sakiti?
Dinda: Diam! Aku hanya mengikuti sunnatullah!
Aku: Bisakah engkau hentikan ini sekarang?
Dinda: Jika memang cinta, nikmati juga marahku!
Aku: Tapi!
Dinda: Apa?! Mau jawab apa lagi?!
Aku: Enggak apa-apa. Cepatlah membaik, Dinda.
Post A Comment:
0 comments so far,add yours