Langsung ke konten utama

Tarhib Imtihan Termin

“Ingat! Kepulangan antum itu ditunggu”

Ucapan senada disampaikan oleh seorang senior masisir yang sedang mejalani program S3 di negri kinanah ini, yaitu Kakanda Amal Khairat, Lc. MA (Generasi 21 MAPK). Momen ini bertepatan dengan agenda Tarhib Imtihan dan Burdahan FS Almakki yang berhubungan akan diadakannya imtihan termin 2 di Universitas Al-Azhar. Malam jumat, 24 April 2025 di Sekretariat FS Almakki.

Kakanda Amal mengawali tarhib ini dengan menyampaikan, betapa pentingnya kita melakukan tajdid niat ketika berada di langkah awal menginjakkan kaki di bumi kinanah ini. Karena, tekad dan ‘azam yang ada pada diri kita lah yang akan membimbing jalan kita hingga tujuan nanti. “Langkah pertama antum ke mesir itu di tahun pertama ini akan menentukan perjalanan antum sampai akhir nanti” tutur beliau.

Di mesir ini kita akan menemukan segala hal yang kita cari, baik itu berupa hal yang positif maupun negatif. Sejatinya, sewaktu kita dilepas dengan tangis haru keluarga dan orang sekampung itu menunjukkan harapan yang besar itu diletakkan di pundak kita. Yang mereka harapkan itu kitalah yang akan kembali menerangi masjid-masjid yang mulai redup itu, menggantikan imam-imam yang sudah lanjut (dibaca: lansia) itu. Maka Ketika sampai ke mesir ini, hal-hal yang sejalan dengan ilmu pengetahuan dan jalan keulamaan-lah yang lazimnya kita garap di sini, bukan disibukkan dengan selainnya. “Harapan orang sekampung itu antum nanti pulang jadi seorang ulama, sebagai pelita dan penerang di Tengah Masyarakat” sambung beliau.

Namun demikian, dewasa ini kita mendengarkan statement “Tidak semua alumni al-azhar itu harus jadi ulama”. Ungkapan ini adalah ucapan yang keluar dari orang tidak bertanggung jawab. Bagaimana mungkin orang yang tidak ingin menjadi ulama berkuliah di Al-Azhar? Bukankah Al-Azhar dikenal karena banyak ulama dari sana? Ucapan ini hanyalah sebagai pelindung bagi mereka yang malas. kalaupun tidak ingin jadi ulama kenapa tidak kuliah di tempat lain saja? Toh masih banyak institusi Pendidikan umum lainnya. Sejak awal kita memilih Al-Azhar sebagai jalan dari menuntut ilmu kita, maka saat itu juga kita harus menyanggupi segala disiplin ilmu hingga konsekuensi dari menuntut ilmu itu sendiri. Memilukan sekali rasanya, Ketika kita kuliah di bidang kedokteran, lalu tiba-tiba dosen berkata “tidak semua kalian yang akan jadi dokter”.

Kalaupun ada alumni Al-Azhar yang pakar di bidang lain, itu bukan berarti mereka tidak memiliki kredibilitas di ilmu ad-din ini. Beliau berpandangan, Ulama itu bukanlah orang yang hanya berceramah dan bertausiyah saja di depan umum. Tapi ulama itu adalah orang yang tampil dengan wajah keilmuannya yang dominan dalam hidupnya tanpa menafikan hal-hal dan keahlian lainnya. Tak ada salahnya Ulama sekaligus saintis, entrepreneur, negarawan, ataupun sastrawan. Selama hal itu berada dalam kadar yang baik, maka insya allah akan diridhoi dan dimudahkan oleh Allah SWT. 

Beliau cenderung menyebut ungkapan di atas sebagai tameng bagi mereka yang malas. “Mereka itu orang yang tidak bisa mengikuti semua kebiasaan menuntut ilmu di al-azhar. Baik di dunia talaqqi, perkuliahan, dll. Sehingga tidak menguasai hal-hal tadi, lalu berkata demikian demi melindungi diri sendiri”.
Lebih lanjut beliau menekankan agar kita (selama di mesir ini khususnya) memiliki peta perjalanan hidup agar bisa memanajemen dan menentukan target dari awal hingga akhir di bumi mesir ini. Agar kita, sebagai masisir memiliki keilmuan yang matang. Karena pandangan yang orang tangkap dari alumni timur Tengah adalah mereka itu tahu akan semuanya. “Masyarakat tidak pernah mengetahui aktivitas antum di Mesir, yang mereka tahu antum pulang ke Indonesia bawa ilmu, menjadi tempat bertanya bagi mereka”.
Maka selagi kita masih di Mesir ini, kita manfaatkan kesempatan ini sebelum timbul rasa penyesalan, karena tak semua orang mendapat nikmat menuntut ilmu seperti kita ini. Kita kejar seluruh target yang tercantum dalam peta keulama-an itu dengan matang, agar boleh menjawab persoalan umat nanti Ketika pulang. “ingat! Kepulangan antum itu ditunggu” tutup beliau.

Kakanda Amal Khairat


Kamis, 26 Syawwal 1446 H
Cahaya lentera Jami’ Al-Azhar tampak tersenyum dari jendela Sekretariat malam itu.


Penulis : Dino Kharibu Zikri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rahasia di Balik Taqdim dan Ta'khir Musnad dan Musnad Ilaih

Rahasia Dibalik Taqdim dan Ta'khir Musnad dan Musnad Ilaih Berbicara tentang Balaghoh berarti kita sedang membicarakan suatu keilmuan didalam bidang bahasa (khususnya Bahasa Arab), yang mengkaji tentang bagaimana sang penutur bahasa (متكلم) dalam aktifitasnya menuturkan suatu bahasa (ucapan) kepada orang yang diajak berbahasa (مخاطب). Sesuai dengan namanya, Balaghoh yang berarti sampai, ilmu ini mengajarkan bagaimana cara agar sang mutakallim   fasih dalam ber takallum (mengucap) sehingga mutakallim  bisa sampai pada maksud yang hendak ia capai melalui perkataan yang fasih tersebut. Perkataan (كلام) sang  mutakallim tersebut bila kita cermati lebih dalam bukanlah suatu barang yang tunggal, melainkan perkataan tersebut terbentuk dari beberapa unsur/bagian-bagian yang dalam hal ini kita kenal dengan istilah kata yang mana dari sekumpulan kata-kata itu terbentuklah suatu perkataan. Saat mutakallim berbicara, sangatlah tidak mungkin ia menyebutkan (kata)...

10 Hal yang Harus Diketahui Tentang Ilmu Kalam - Bag2

10 Hal yang Harus Diketahui Tentang Ilmu Kalam [Bagian-2] Pada tulisan kali ini kita akan melanjutkan pembahasan seputar sepuluh hal yang harus diketahui tentang ilmu kalam. Sebagiannya sudah kita paparkan pada tulisan sebelumnya ( Bagian 1 ), adapun sebagiannya lagi adalah sebagai berikut : 6. Peletak dasar ( al- Wadhi’ ) 7. Nama ( al-Ism ) 8. Sumber pengambilan ( al-Istimdad ) 9. Hukum mempejari ( alHukm ) 10. Permasalahan yang dibahas ( al-Masail ) Keenam: Peletak Dasar/Penggagas ( al-Wadhi’ ) Penggagas ilmu kalam atau ilmu tauhid sebagai sebuah disiplin ilmu adalah Imam Abu Hasan Ali bin Ismail bin Al-Asy’ari (wafat 324 H) dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi (wafat 333 H). Makna penggagas disini adalah kedua imam ini merupakan orang yang menulis buku-buku yang menjadi rujukan awal untuk masalah tauhid. Kedua imam ini juga dikenal sangat konsen terhadap ilmu tauhid dan membentenginya dari syubhat-syubhat (tuduhan-tuduhan). Adapun tauhid sebagai sebuah k...

Hal yang Membatalkan Puasa dan Konsekuensinya

Apa saja hal-hal yang dapat membatalkan puasamu? Dan apa sanksi yang diwajibkan bagi orang yang puasanya batal? Puasa adalah  salah satu ibadah wajib bagi setiap muslim yang menempati urutan ketiga pada rukun islam setelah syahadat dan shalat. Menahan makan, minum dan hawa nafsu dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari adalah definisi masyhur untuk puasa. Namun apakah dengan menahan tiga hal ini puasa kita akan sehat wal 'afiyat tanpa cacat? Atau adakah beberapa hal lain yang bisa membatalkan puasa kita? Yuk, langsung disimak dua pembahasan dibawah ini. Tentang hal-hal yang membatalkan puasa dan hukuman bagi pelanggarnya. Sekaligus muhasabah diri dengan kembali mengkaji, apakah puasa yang kita lakukan selama ini sudah benar-benar terhindar dari hal-hal tersebut? Check it out...  Agar mencakup dua pembahasan sekaligus, berikut penulis paparkan hal-hal yang dapat membatalkan puasa beserta hukuman apa yang akan didapatkan oleh pelanggarnya : Wajib men...