Saya melihat FS Almakki sebagai komunitas yang telah mengalami perubahan besar. Dahulu, meskipun tidak meneruskan sistem ospek dari Koto Baru, masih ada sisa-sisa struktur senioritas dalam pola interaksi sosialnya.
![]() |
Potret senior dan junior yang sejahtera |
Kini, batasan itu telah lenyap, dan forum ini menjadi lebih cair. Banyak yang menganggap ini sebagai kemenangan kebebasan —tidak ada lagi senior yang mendominasi, tidak ada lagi aturan tidak tertulis yang membebani junior. Namun, saya bertanya-tanya: apakah kita benar-benar telah keluar dari sistem hierarki senioritas, ataukah kita hanya menggantinya dengan bentuk yang lebih terselubung?
Mitos Kebebasan dalam Perspektif Filsafat
Plato dalam Republik mengkritik demokrasi yang tidak terkendali karena seringkali menghasilkan tirani yang tidak disadari. Ketika tidak ada struktur yang jelas, orang-orang yang memiliki pengaruh lebih besar akan tetap menguasai, hanya saja tanpa gelar resmi.
Jika FS Almakki kini lebih cair, apakah ini benar-benar berarti setiap anggota memiliki suara yang setara? Ataukah hanya mereka yang lebih vokal dan lebih dulu terhubung dalam forum yang benar-benar menikmati kebebasan ini?
Aristoteles dalam Politics menekankan bahwa semua komunitas memerlukan sistem untuk mempertahankan keseimbangan sosial. Jika sistem senioritas telah hilang, seharusnya ada mekanisme baru yang menggantikannya agar komunitas tetap memiliki arah.
Tetapi jika mahasiswa baru justru merasa kesulitan beradaptasi, apakah ini bukan tanda bahwa kita telah menciptakan kebebasan yang tidak inklusif? Jika kebebasan yang kita banggakan saat ini hanya bisa dinikmati oleh sebagian orang, maka kebebasan itu bukanlah kebebasan sejati, melainkan mitos yang kita ciptakan untuk menutupi fakta bahwa struktur baru sedang terbentuk, hanya saja dalam bentuk yang lebih abstrak.
Socrates selalu menantang asumsi-asumsi yang diterima begitu saja. Jika kita yakin bahwa FS Almakki kini lebih adil dan bebas, apakah kita pernah bertanya siapa yang sebenarnya paling diuntungkan dari perubahan ini? Jika kebebasan ini benar benar berhasil, mengapa masih ada yang kesulitan menemukan tempatnya dalam komunitas? Apakah kita benar-benar telah meninggalkan sistem lama, atau hanya mencabut simbol-simbolnya tanpa menyadari bahwa ketimpangan masih tetap ada dalam wujud yang berbeda?
![]() |
Story WhatsApp Ipan Anton |
Khatimah
Saya tidak mengatakan bahwa FS Almakki harus kembali ke sistem senioritas yang lama, tetapi saya juga tidak percaya bahwa hilangnya struktur, otomatis menciptakan keadilan. Jika kita ingin membangun komunitas yang benar-benar inklusif, kita harus bertanya dengan jujur: apakah kebebasan yang kita rayakan ini nyata bagi semua orang, atau hanya bagi mereka yang telah lebih dulu memiliki tempat di dalamnya? Jika kita tidak menjawab pertanyaan ini, maka kita hanya akan hidup dalam mitos kebebasan, di mana kita merasa telah maju, tetapi sebenarnya hanya berputar dalam lingkaran yang sama.
Penulis : Hamdi Qaswa
Editor : Irfan Amrullah Prasetyo
Komentar
Posting Komentar