Oleh: Bustanul Arifin (D)

Hembusan angin singgalang menyapa Marapi tiap pagi
Seakan jadi kenangan melekat kala kita disuruh berbaris rapi

Berlari terbirit-birit sambil pake dasi 
Sudah jadi pemandangan resmi bagi kami
Anak singgalang berbapakkan marapi
Panggil kami anak ustadz Yunaldi
Eh, yg aku maksud anak ustadz zulhamdi

Kegalauan pertama kami kala itu, tatkala disuruh milih sarapan dadar buk e atau nasi kocok uni. 
Ah, 
masa dimana kami berpasrah 
dan berharap dapat senyum tulus dari anak aspi berpipi merah 

Patah hati kami kala itu, tatkala guru penjas lebih milih belajar di kelas daripada main basket di lapangan yg olahraganya jelas. 

Ah... Keji sekali bapak itu
Ingin sekali kami melemparnya dengan kinder joy.
Tapi, ujung-ujungnya nanti beliau bakalan bilang, wajar kita manusia bukan Nabi boy...

Tapi tak apa, patah hati sudah sembuh tapi kenangannya yang tak mau lusuh. Hingga suasana hati bak gemuruh riuh.

Ada apa dengan dunia ini yg selalu mendung gemuruh?
Oh ternyata teringat akan kenangan liqo maftuh
Atau jangan-jangan? Kenangan indah ttg ceramah sudah subuh?
Uh uh uh...

Oh bukan, aku rasa karena tutor sore yang kemalaman
Seakan akrab menjadi santapan harian
Terimakasih Tuhan
Sudah menyesatkan aku dalam jalan kebenaran dan indah terukir jadi kenangan

Tapi itu semua semai tertuai dalam peti kenangan, yg pernah ada dalam tajuk perjalanan...

(Lagu...)
Pernah ada rasa cinta antara kita
Kini tinggal kenangan
Ingin ku lupakan semua tentang dirimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu
koto baruu...

Anak marapi dan singgalang, sekarang sudah terbang menjauh dari sarang

Bermulakan impian, bertiketkan bakwan buk e yang penuh doa dan harapan.

Di negeri ini, negeri yang kata orang penuh berkah
Negeri nya full dan tomiah

Dulu kami dikenal sebagai anak singgalang dan marapi
Sekarang kami mengenalkan diri sebagai anak almakki

Kembali merajut cerita lama
Membina persaudaraan dan cita
Di ruang hangat sekre almakki tercinta

Aku kira hangat hanya karena sambosa alma
Ternyata juga rasa saling memiliki kami yang kian kentara

Semoga tumbuh subur rasa persaudaran
Dan gugur perlahan kebencian dan pertikaian 

Ibu kami satu, bernamakan koto baru
Kalimat suci kami juga satu,
Satu tungku, satu suhu, satu guru

Salam hangat dari aku untuk aku
Ku bermaksud A K U itu..
Almakki yang berbahagia selalu...
Share To:

FS Almakki

Post A Comment:

0 comments so far,add yours